Struktur Fisik Puisi
1. diksi (pilihan kata)
Pilihan kata banyak mengunakan kata-kata yang bernada muram,dipantulkan
oleh kata-kata: gudang, rumah tua, tiang , temali, kelam, laut, tidur,
hilang ombak, ujung dll.
2. pengimajinasian(imagery/pencitraan)
Penggunaan kata-kata yang digambarkan atas bayangan konkret apa yang
kita hayati secara langsung melalui pengindraan manusia.
Di antara gudang-gudang, rumah tua , pada cerita
( imaji visual
penglihatan.)
3. kata konkret( penyebab terjadinya imaji)
Untuk melukiskan dan menumbuhkan imajinasi dalam daya bayang pembaca,
maka penyair mengkonkretkan kata-kata seperti: sepi yang mencekam, kapal
tiada berlaut, gerimis mempercepat kelam, kelepak elang menyinggung
kelam.
4. majas(bahasa figuratif)
Gaya bahas hiperbola ditemukan pada kalimat ”dari pantai keempat sedu
penghabisan bisa terdekap”. Kata ”senja” melambangkan berpisahnya suatu
hubungan percintaan. ”perahu tiada berlaut” melambangkan hati yang
tiada
keceriaan dankegembiraan karena kehilangan cinta.
5. verifikasi(rima,ritma, metrum)
Masih mengikuti pola lama. Rima akhir setiap bait( /ta-ta-ut-ut(abab)
dan
(/ang-ang-ak-ak(aabb), dan pada bait ketiga rima akhir berubah
menjadi
(abab). Ritma barupa ikatan yang mengikat
bait dengan menggunakan
keterangan kalimat. Pada bait pertama menggunakan frasa/ini kali/ pada
bait kedua menggunakan/gerimis/ pada bait ketiga menggunakan /tiada
lagi). Kata pengikat tersebut memunculkan gelombang irama baru.
6. tipografi(tata wajah)
Mengunakan tipografi puisi konvenional dengan dilengkapi
enyambemen
berupa titik ditengah baris yang
menunjukan bahwa gagasan pada suatu
baris dalam puisi masih berlanjut
pada baris berikutnya.
Gerimis mempercepat kelam. Ada
juga kelepak elang menyinggung
muram, desir hari lari berenang.
Struktur batin puisi
1. Tema :
Bertema tentang kedukaan karen
kegagalan cinta atau cinta yang gagal shingga menimbulkan kedukaan.
Jika kita uraikan bait demi bait, maka struktur
tematik/struktur intaksis sebagai berikut:
Bait I
Penyair merasakan kehampaan hati karena cintanya yang hilang. Kenangan
cinta sangat memukul hatinya sehingga hatinya mati setelah orang yang di
cintainya pergi seperti kapal yang tidak berlaut hidupnya tiada berarti
Bait II
Duka hati penyair menambah kelemahan jiwa karna sepi, kelam, sehingga
kelepak elang dapat didengar. Harapan bertemu dengan kekasihnya timbul
tenggelam tetapi harus dilupakan karena cintanya tinggal bertepuk sebelah
tangan dan menimbulkan kelukaan yang dalam
Bait III
Setelah mendengar Sri Ayati bahwa ia telah membunyai seorang suami hingga
harapannya di pertegas dengan “sekali tiba di ujung dan sekalian selamat
jalan”. Ratap tangis menggema sampai
pantai keempat.
2. Nada :
Penyair menceritakan kegagalan
cintanya dengan nada ratapan yang sangat mendalam, karena lukanya benar-benar
sangat dalam.
3. Perasaan :
Perasaan penyair pada waktu
menciptakan puisi merasakan kesedihan,
kedukaan, kesepian, dan
kesendirian itu disebabkan oleh kegagalan cintanya dengan Sri Ayati. Bahkan
sedu tangisnya menggumandang sampai ke pantai keempat karena kegagalan
cintanya. Harapan untuk mendapatkan perempuan pujaannya diumpamakan sebagai ”pelabuhan
cinta”.
4. Amanat : Penyair inggin
mengungkapkan kegagalan cintanya yang menyebabkan seseorang seolah-olah
kehilangan segala-galanya. Cinta yang sungguh-sungguh akan menyebabkab
seseorang menghayati apa arti kegagalan secara total.