Senin, 05 November 2012

Aliran-Aliran Pendidikan



Aliran-Aliran Pendidikan

Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan perkembangan IPTEK.

Aliran Klasik Dan Gerakan Baru Dalam Pendidikan
Aliran-aliran klasik yang meliputi aliran empirisme, nativisme, naturalism dan konvergensi merupakan benang-benang  merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran pendidikan masa lalu, kini dan mungkin yang akan datang. Aliran-aliran itu mewakili berbagai  variasi pendapat tentang pendidikan, mulai dari yang paling pesimis sampai dengan yang paling optimis. Aliran yang paling pesimis memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat, bahkan mungkin merusak bakat yang telah dimiliki anak.  Sedang sebaliknya, aliran yang sangat optimis memandang anak seakan-akan  tanah liat yang dapat dibentuk sesuka hati. Banyak pemikiran yang berada di antara kedua kutub tersebut, yang dapat dipandang sebagai variasi gagasan dan pemikiran dalam pendidikan.
Aliran-aliran klasik dalam pendidikan dan pengaruhnya terhadap pemikiran pendidikan di Indonesia
Manusia merupakan makhluk yang  misterius, yang mampu menjelajah angkasa luar, tetapi angkasa dalam nya masih belum cukup terungkap;  minimal para pakar dari ilmu-ilmu perilaku cenderung berbeda pendapat tentang berbagai hal mengenai perilaku manusia itu. Dalam paparan tentang landasan psikologi telah dikemukakan perbedaan, bahkan pertentangan psiko-edukatif, utamanya teori kepribadian. Sehubunga dengan kajian tentang aliran-aliran pendidikan, perbedaan pandangan itu berpangkal pada perbedaan pandangan tentang perkembangan manusia itu. Terdapat perbedaan penekanan di dalam sesuatu teori kepribadian tertentu  tentang faktor manakah yang paling berpengaruh dalam perkembangan kepribadian.
Perbedaan pandangan tentang  faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut di atas yang menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap manusia, mulai dari yang paling pesimis sampai yang paling optimis itu. Aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja, dan dengan demikian, mengajukan gagasan untuk mengoptimalisasikan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia.

Aliran empirisme
Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1632-1704) yang mengembangkan teori Tabula rasa anak lahir di dunia  bagaikan meja lilin atau kertas putih yang bersih. Pengalaman empiric yang dipoerleh dari lingkungan yang berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Menurut pandangan empirisme (biasa pula disebut environtalisme) pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab pendidikan dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Pengalaman-pengalaman itu dapat membentuk perilaku yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Aliran nativisme
Aliran nativisme bertolak dari Leibnitrian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak, karena hasil pendidikan tergantung pada pembawaan. Schoompnheaur (filsuf Jerman 1788-1860) berpendpat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir  pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawah sejak  lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan  pendidikan ditentukan oleh anak akan menjadi jahat, dan  yang baik akan menjadi baik. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme dari asal kata natives yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya, kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah kekuatan dari luar.

Aliran naturalism
Pandangan yang ada persamaan dengan nativisme adalah aliran naturalism  yang dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J. Rousseau (1712-1778). Berbeda dengan Schopenhauer, Rosseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan  mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Namun pembawaan baik itu akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. Rosseau juga berpendapat bahwa pendidikan  yang diberikan  orang dewasa malahan dapat merusak pembawan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut negativism, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak didik dan diserahkan saja pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksankan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itutidak menjadi rusak oleh tangan manusia  melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. J.J. Rausseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaanya, kemampuannya, dan kecenderungannya. Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat  menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat  berbuat-buat dan dapat membawa anak kembali kea lam  untuk mempertahankan segala yang baik. Seperti diketahui, gagasan naturalism yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malahan terbukti sebaliknya  pendidikan  makin lama makin diperlukan.

Aliran konvergensi
William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah  disertai pembawaan baik maupun buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa ldama proses perkembangan anak, baik faktor pembawan maupun faktor  lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lanir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk pengembangan itu. Sebagai contoh pada hakikatnya kemampuan anak manusia  berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pembawana untuk berbicara dan melalui situasi lingkungannya anak belajar berbicaradalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya.
Karena  itu teori W. Stern disebut teori konvergensi artinya memusatkan kesatu titik. Jadi menurut teori konvergensi:
1)      Pendidikan mungkin dilaksanakan
2)      Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi  yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang buruk.
3)      Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
  1. Pengaruh aliran klasik terhadap pemikiran dan peraktek pendidikan di Indonesia
Meskipun dalam hal-hal tertentu sangat diutamakan bakat dan potensi lainnya dari anak, namun upaya penciptaan  lingkungan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan itu diusahakan pula secara optimal. Dengan kata lain, meskipun peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya ditolak, tetapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan eksistis fungsional yakni diterima sesuai dengan  kebutuhan, namun di tempatkan  dalam latar pandangan yang konvergensi seperti telah dikemukakan, tumbuh-kembang, manusia dipengaruhi oleh berbagai  faktor, yakni hereditas, dan anugerah. Faktor terakhir itu merupakan pencerminan pengakuan atas adanya  kekuasaan yang ikut menentukan nasib manusia  (Sulo lipu la sulo, 1981: 30-46).
Gerakan baru dalam pendidikan dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan pendidikan di Indonesia
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntun pengangan untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen tertentu saja. Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan anak harus bersifat subjektif dan objektif. Dari penelitian secara tekun, Declory menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua hal yang khas dari Declory, yaitu:

Metode global (keseluruhan)
Dari hasil yang didapat dari observasi dan tes, dapatlah ia menetapkan, bahwa anak-anak mengamati dan mengingat secara global (keseluruhan). Keseluruhan lebih dulu daripada bagian-bagian. Jadi ini berdasar atas prinsip psikologi Gestlat. Dalam mengajarkan membaca dan menulis, ternyata dengan mengajarkan kalimat lebih mudah  diajarkan daripada huruf-huruf secara tersendiri. Metode ini bersifat ideo visual sebab arti sesuatu kata ini yang diajarkan itu selalu diasosiasikan dengan tanda tulisan atau suatu gambar yang dapat dilihat.

Centre d’internet (pusat minat)
Dari penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa anak-anak mempunyai minat  yang spontan (sewajarnya). Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat spontan  tersebut. Sebab apabila tidak, yaitu misalnya minat yang ditimbulkan oleh guru, maka  pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya. Anak mempunyai pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya. Anak mempunyai minat-minat spontan terhadap diri sendiri dan terhadap masyarakat (bio sosial). Minat terhadap diri sendiri itu dapat kita bedakan menjadi; a) dorongan mempertahankan diri, b) dorongan  mencari makan dan minum dan c) dorongan memelihara diri. Sedangkan minat terhadap masyarakat ialah a) doorngan sibuk (bermain-main), b) doorngan meniru orang lain.
Dorongan-dorongan inilah yang digunakan sebagai pusat-pusat minat. Sedangkan pendidikan yang digunakan sebagai pusat-pusat minat. Sedangkan pendidikan dan pengajaran harus selalu dihubungkan dengan pusat-pusat minat tersebut.
Gerakan pengajaran pusat perhatian tersebut telah  mendorong berbagai upaya agar kegiatan belajar mengajar berbgai  upaya gar dalam kegiatan belajar mengajar diadakan berbagai variasi (cara mengajar dll) agr perhatian siswa tetap terpusat pada bahan ajaran. Ajaran selanjutnya atau mata pelajaran yang lain harus dipusatkan atas mata pelajaran sebelumnya.
Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidu senyatanya. Kesemua jurusan agar murid faham akan hubungan antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya (pengajaran alam sekitar).
Pokok-pokok pendapat pengajaran alam sekitar tersebut telah banyak dilakukan di sekolah, baik dengan peragaan, penggunan bahan local dalam pengajaran dan lain-lain. Seperti telah dikemukakan bahwa beberapa tahun terakhir ini telah ditetapkan adanya muatan local dalam kurikulum, termasuk penggunaan alam sekitar. Dengan muatan local tersebut diharapkan anak-anak makin dekat dengan alam dan masyarakat  lingkungannya. Di samping alam sekitar sebagai  isi bahan ajaran, alam sekitar juga menjadi kajian empiric melalui percobaan,  studi banding, dan sebagainya. Dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar, anak lebih menghargai, mencintai dan  melestarikan lingkungannya.

Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Davids Declory (1871-1932) dari Belgia  dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat (center dinternet), disamping pendapatnya tentang pengajaran global. Pendidikan menurut Declory berdasar pada semboyan ecois pour ia vie, par la vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri (tentang hasrat dan cita-citanya) dan pengetahuan tentang dunianya (lingkungannya, terdapat hidup di hari depannya).
Pengajaran alam sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar.
Sekolah kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J A Comenius menekankan agar  pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa dan tangan (kterampilan, kerja tangan). J. H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukangan di sekolahnya. Perlu dikemukakan bahwa sekolah kerja bertolak dari pandangan individu tetapi juga demi kepentingan  masyarakat. Dengan kata lain, sekolah berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik yakni 1) tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapanga jabatan; 2) tiap orang wajib menymbangkan tenaganya  untuk  kepentingan negara, dan 3) dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah telah diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara.
Pengajaran Proyek
Dasar filosofis dan pedagogis dari pengajaran proyek diletakkan oleh John Dewy, namun pelaksanaannya  dilakukan oleh pengikutnya,utamanya W. H. Kilpatrick. Dewey menegaskan bahwa sekolah haruslah sebagai mikrokosmos dari masyarakat (become a microcosm of society); oleh karena itu, pendidikan adalah suatu proses kehidupan itu sendiri dan bukanya penyiapan  untuk kehidupan di masa depan (education is process of living and not a preparation for future  living). Ulich 1950;318). Proyek itulah yang menyebabkan mata pelajaran-pelajaran itu tidak terpisah-pisah antara yang satu dengan yang lain. Pengajaran berkisar di sekitar pusat-pusat minat sewajarnya.
Pengaruh gerakan baru dalam pendidikan terhadap penyelengaraan pendidikan di Indonesia
Telah dikemukakan bahwa gerakan baru dalam pendidikan tersebut terutama berkaitan dengan kegiatan berlajar mengajar di sekolah; namun dasar-dasar pikirannya tentulah menjangkau semua segi dari pendidikan, baik aspek konseptual maupun operasional.
Perlu ditekankan lagi bahwa tentang pemikiran-pemikiran pendidikan pada masa lalu akan sangat bermanfaat untuk memperluas pemahaman tentang seluk beluk pendidikan serta memupuk wawasan historis dari setiap tenaga kependidikan.

Dua Aliran Pokok Pendidikan Di Indonesia
Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia  itu dimaksudkan adalah perguruan kebangsaan taman siswa dan ruang pendidik INS kayu tanam. Keduanya dipandang suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
Perguruan kebangsaan taman siswa
Perguruan  kebangsaaan taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, pad tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta yakni dalam bentuk yayasan. Pertama kali mulai didirikan taman indria (taman kanak-kanak) dan kursus guru, selanjutnya taman muda (SD), disusul taman dewasa telah dikembangkan sehingga meliputi pula taman Hadya, prasarjana dan sarjana wiyata. Dengan demikian siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Seperti harapan kepada taman siswa, ruang pendidikan INS kayu taman juga diharapkan melakukan penyegaraan dan dinamisasi, seiring dengan perkembangan masyarakat dan IPTEK. Di samping itu, upaya-upaya pengembangan ruang pendidikan INS tersebut seyogianya dilakukan dalam kerangka pengembangan SISDIKNAS, sebagai bagian dari  usaha mewujudkan cita-cita ruang pendidikan INS; mencerdaskan seluruh raykat Indonesia.

Rangkuman
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini dan masa yang akan datang terus berkembang. Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut aliran dan atau gerakan baru dalam pendidikan. Aliran/gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia. Dari sisi lain, di Indonesia  juga muncul gagasan-gagasan tentang pendidikan, yang dapat dikategorikan sebagai aliran pendidikan, yakni taman siswa dan INS kayu taman.
Kajian tentang berbagai aliran dan atau gerakan pendidikan itu akan memberikan pengetahuan dan wawasan historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat historis kepada tenaga pendidik dapat memahami, dan pada gilirannya, kelak dapat memberi konstribusi terhadap dinamika pendidikan itu. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa dengan pengetahuan dan wawasan  historis tersebut, setiap tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal yang memadai dalam meninjau berbagai masalah yang dihadapi, serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan kebijakan dan atau tindakan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar