Aliran-Aliran Pendidikan
Gagasan
dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan
masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan
perkembangan IPTEK.
Aliran
Klasik Dan Gerakan Baru Dalam Pendidikan
Aliran-aliran
klasik yang meliputi aliran empirisme, nativisme, naturalism dan konvergensi
merupakan benang-benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran
pendidikan masa lalu, kini dan mungkin yang akan datang. Aliran-aliran itu
mewakili berbagai variasi pendapat tentang pendidikan, mulai dari yang
paling pesimis sampai dengan yang paling optimis. Aliran yang paling pesimis
memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat, bahkan mungkin merusak bakat yang
telah dimiliki anak. Sedang sebaliknya, aliran yang sangat optimis
memandang anak seakan-akan tanah liat yang dapat dibentuk sesuka hati.
Banyak pemikiran yang berada di antara kedua kutub tersebut, yang dapat dipandang
sebagai variasi gagasan dan pemikiran dalam pendidikan.
Aliran-aliran
klasik dalam pendidikan dan pengaruhnya terhadap pemikiran pendidikan di
Indonesia
Manusia
merupakan makhluk yang misterius, yang mampu menjelajah angkasa luar,
tetapi angkasa dalam nya masih belum cukup terungkap; minimal para pakar
dari ilmu-ilmu perilaku cenderung berbeda pendapat tentang berbagai hal
mengenai perilaku manusia itu. Dalam paparan tentang landasan psikologi telah
dikemukakan perbedaan, bahkan pertentangan psiko-edukatif, utamanya teori
kepribadian. Sehubunga dengan kajian tentang aliran-aliran pendidikan,
perbedaan pandangan itu berpangkal pada perbedaan pandangan tentang
perkembangan manusia itu. Terdapat perbedaan penekanan di dalam sesuatu teori
kepribadian tertentu tentang faktor manakah yang paling berpengaruh dalam
perkembangan kepribadian.
Perbedaan
pandangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut di
atas yang menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap
manusia, mulai dari yang paling pesimis sampai yang paling optimis itu.
Aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja,
dan dengan demikian, mengajukan gagasan untuk mengoptimalisasikan faktor
tersebut untuk mengembangkan manusia.
Aliran
empirisme
Tokoh
perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke
(1632-1704) yang mengembangkan teori Tabula rasa anak lahir di dunia
bagaikan meja lilin atau kertas putih yang bersih. Pengalaman empiric yang
dipoerleh dari lingkungan yang berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan
anak. Menurut pandangan empirisme (biasa pula disebut environtalisme) pendidik
memegang peranan yang sangat penting sebab pendidikan dapat menyediakan
lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai
pengalaman-pengalaman. Pengalaman-pengalaman itu dapat membentuk perilaku yang
sesuai dengan tujuan pendidikan.
Aliran
nativisme
Aliran
nativisme bertolak dari Leibnitrian tradition yang menekankan kemampuan dalam
diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan
oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang
berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak, karena hasil pendidikan
tergantung pada pembawaan. Schoompnheaur (filsuf Jerman 1788-1860) berpendpat
bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh
karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah
dibawah sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan
pendidikan ditentukan oleh anak akan menjadi jahat, dan yang baik akan
menjadi baik. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak
didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme
dari asal kata natives yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan
sekitar dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan
bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat,
sebaliknya, kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan baik. Pembawaan
buruk dan baik ini tidak dapat diubah kekuatan dari luar.
Aliran
naturalism
Pandangan
yang ada persamaan dengan nativisme adalah aliran naturalism yang
dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J. Rousseau (1712-1778). Berbeda
dengan Schopenhauer, Rosseau berpendapat bahwa semua anak yang baru
dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan
buruk. Namun pembawaan baik itu akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh
lingkungan. Rosseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang
diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawan anak yang baik itu.
Aliran ini juga disebut negativism, karena berpendapat bahwa pendidik wajib
membiarkan pertumbuhan anak didik dan diserahkan saja pada alam. Jadi dengan
kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksankan adalah menyerahkan anak
didik ke alam, agar pembawaan yang baik itutidak menjadi rusak oleh tangan
manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. J.J. Rausseau ingin
menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat
sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat
kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan
perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaanya,
kemampuannya, dan kecenderungannya. Pendidikan harus dijauhkan dalam
perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan anak dari
segala hal yang bersifat berbuat-buat dan dapat membawa anak kembali kea
lam untuk mempertahankan segala yang baik. Seperti diketahui, gagasan
naturalism yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malahan
terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin diperlukan.
Aliran
konvergensi
William Stern
(1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun
buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa ldama proses perkembangan anak,
baik faktor pembawan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan
yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lanir tidak akan berkembang
dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan
bakat itu. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan
perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat
yang diperlukan untuk pengembangan itu. Sebagai contoh pada hakikatnya
kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil
konvergensi. Pada anak manusia ada pembawana untuk berbicara dan melalui
situasi lingkungannya anak belajar berbicaradalam bahasa tertentu. Lingkungan
pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu
anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya.
Karena
itu teori W. Stern disebut teori konvergensi artinya memusatkan kesatu titik.
Jadi menurut teori konvergensi:
1)
Pendidikan mungkin dilaksanakan
2)
Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak
didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya
potensi yang buruk.
3)
Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
- Pengaruh aliran klasik terhadap pemikiran dan peraktek pendidikan di Indonesia
Meskipun
dalam hal-hal tertentu sangat diutamakan bakat dan potensi lainnya dari anak,
namun upaya penciptaan lingkungan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan
itu diusahakan pula secara optimal. Dengan kata lain, meskipun peranan
pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya ditolak, tetapi penerimaan
itu dilakukan dengan pendekatan eksistis fungsional yakni diterima sesuai
dengan kebutuhan, namun di tempatkan dalam latar pandangan yang
konvergensi seperti telah dikemukakan, tumbuh-kembang, manusia dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yakni hereditas, dan anugerah. Faktor terakhir itu
merupakan pencerminan pengakuan atas adanya kekuasaan yang ikut
menentukan nasib manusia (Sulo lipu la sulo, 1981: 30-46).
Gerakan
baru dalam pendidikan dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan pendidikan di
Indonesia
Pendidikan
sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntun pengangan untuk meningkatkan
kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen
tertentu saja. Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan anak harus bersifat
subjektif dan objektif. Dari penelitian secara tekun, Declory menyumbangkan dua
pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua
hal yang khas dari Declory, yaitu:
Metode
global (keseluruhan)
Dari hasil
yang didapat dari observasi dan tes, dapatlah ia menetapkan, bahwa anak-anak
mengamati dan mengingat secara global (keseluruhan). Keseluruhan lebih dulu
daripada bagian-bagian. Jadi ini berdasar atas prinsip psikologi Gestlat. Dalam
mengajarkan membaca dan menulis, ternyata dengan mengajarkan kalimat lebih
mudah diajarkan daripada huruf-huruf secara tersendiri. Metode ini
bersifat ideo visual sebab arti sesuatu kata ini yang diajarkan itu selalu
diasosiasikan dengan tanda tulisan atau suatu gambar yang dapat dilihat.
Centre
d’internet (pusat minat)
Dari
penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa anak-anak mempunyai minat
yang spontan (sewajarnya). Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat
spontan tersebut. Sebab apabila tidak, yaitu misalnya minat yang ditimbulkan
oleh guru, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya. Anak mempunyai
pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya. Anak mempunyai minat-minat spontan
terhadap diri sendiri dan terhadap masyarakat (bio sosial). Minat terhadap diri
sendiri itu dapat kita bedakan menjadi; a) dorongan mempertahankan diri, b)
dorongan mencari makan dan minum dan c) dorongan memelihara diri.
Sedangkan minat terhadap masyarakat ialah a) doorngan sibuk (bermain-main), b)
doorngan meniru orang lain.
Dorongan-dorongan
inilah yang digunakan sebagai pusat-pusat minat. Sedangkan pendidikan yang
digunakan sebagai pusat-pusat minat. Sedangkan pendidikan dan pengajaran harus
selalu dihubungkan dengan pusat-pusat minat tersebut.
Gerakan
pengajaran pusat perhatian tersebut telah mendorong berbagai upaya agar
kegiatan belajar mengajar berbgai upaya gar dalam kegiatan belajar
mengajar diadakan berbagai variasi (cara mengajar dll) agr perhatian siswa
tetap terpusat pada bahan ajaran. Ajaran selanjutnya atau mata pelajaran yang
lain harus dipusatkan atas mata pelajaran sebelumnya.
Haruslah
diadakan perjalanan memasuki hidu senyatanya. Kesemua jurusan agar murid faham
akan hubungan antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya (pengajaran alam
sekitar).
Pokok-pokok
pendapat pengajaran alam sekitar tersebut telah banyak dilakukan di sekolah,
baik dengan peragaan, penggunan bahan local dalam pengajaran dan lain-lain.
Seperti telah dikemukakan bahwa beberapa tahun terakhir ini telah ditetapkan
adanya muatan local dalam kurikulum, termasuk penggunaan alam sekitar. Dengan
muatan local tersebut diharapkan anak-anak makin dekat dengan alam dan
masyarakat lingkungannya. Di samping alam sekitar sebagai isi bahan
ajaran, alam sekitar juga menjadi kajian empiric melalui percobaan, studi
banding, dan sebagainya. Dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber
belajar, anak lebih menghargai, mencintai dan melestarikan lingkungannya.
Pengajaran
Pusat Perhatian
Pengajaran
pusat perhatian dirintis oleh Davids Declory (1871-1932) dari Belgia
dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat (center dinternet), disamping
pendapatnya tentang pengajaran global. Pendidikan menurut Declory berdasar pada
semboyan ecois pour ia vie, par la vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup).
Anak harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam
masyarakat, anak harus diarahkan. Oleh karena itu, anak harus mempunyai
pengetahuan terhadap diri sendiri (tentang hasrat dan cita-citanya) dan
pengetahuan tentang dunianya (lingkungannya, terdapat hidup di hari depannya).
Pengajaran
alam sekitar
Gerakan
pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran
alam sekitar.
Sekolah
kerja
Gerakan
sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan
yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J A Comenius
menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa dan
tangan (kterampilan, kerja tangan). J. H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam
mata pelajaran pertukangan di sekolahnya. Perlu dikemukakan bahwa sekolah kerja
bertolak dari pandangan individu tetapi juga demi kepentingan masyarakat.
Dengan kata lain, sekolah berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik yakni
1) tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapanga jabatan; 2) tiap orang
wajib menymbangkan tenaganya untuk kepentingan negara, dan 3) dalam
menunaikan kedua tugas tersebut haruslah telah diusahakan kesempurnaannya, agar
dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan
menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara.
Pengajaran
Proyek
Dasar
filosofis dan pedagogis dari pengajaran proyek diletakkan oleh John Dewy, namun
pelaksanaannya dilakukan oleh pengikutnya,utamanya W. H. Kilpatrick.
Dewey menegaskan bahwa sekolah haruslah sebagai mikrokosmos dari masyarakat
(become a microcosm of society); oleh karena itu, pendidikan adalah suatu
proses kehidupan itu sendiri dan bukanya penyiapan untuk kehidupan di
masa depan (education is process of living and not a preparation for
future living). Ulich 1950;318). Proyek itulah yang menyebabkan mata
pelajaran-pelajaran itu tidak terpisah-pisah antara yang satu dengan yang lain.
Pengajaran berkisar di sekitar pusat-pusat minat sewajarnya.
Pengaruh
gerakan baru dalam pendidikan terhadap penyelengaraan pendidikan di Indonesia
Telah
dikemukakan bahwa gerakan baru dalam pendidikan tersebut terutama berkaitan
dengan kegiatan berlajar mengajar di sekolah; namun dasar-dasar pikirannya
tentulah menjangkau semua segi dari pendidikan, baik aspek konseptual maupun
operasional.
Perlu
ditekankan lagi bahwa tentang pemikiran-pemikiran pendidikan pada masa lalu
akan sangat bermanfaat untuk memperluas pemahaman tentang seluk beluk
pendidikan serta memupuk wawasan historis dari setiap tenaga kependidikan.
Dua Aliran
Pokok Pendidikan Di Indonesia
Dua aliran
pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan adalah perguruan kebangsaan
taman siswa dan ruang pendidik INS kayu tanam. Keduanya dipandang suatu tonggak
pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
Perguruan
kebangsaan taman siswa
Perguruan
kebangsaaan taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, pad tanggal 3 Juli
1922 di Yogyakarta yakni dalam bentuk yayasan. Pertama kali mulai didirikan
taman indria (taman kanak-kanak) dan kursus guru, selanjutnya taman muda (SD),
disusul taman dewasa telah dikembangkan sehingga meliputi pula taman Hadya,
prasarjana dan sarjana wiyata. Dengan demikian siswa telah meliputi semua
jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
Seperti
harapan kepada taman siswa, ruang pendidikan INS kayu taman juga diharapkan
melakukan penyegaraan dan dinamisasi, seiring dengan perkembangan masyarakat
dan IPTEK. Di samping itu, upaya-upaya pengembangan ruang pendidikan INS
tersebut seyogianya dilakukan dalam kerangka pengembangan SISDIKNAS, sebagai
bagian dari usaha mewujudkan cita-cita ruang pendidikan INS; mencerdaskan
seluruh raykat Indonesia.
Rangkuman
Pemikiran
tentang pendidikan sejak dulu, kini dan masa yang akan datang terus berkembang.
Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut aliran dan atau gerakan baru dalam
pendidikan. Aliran/gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia,
termasuk pendidikan di Indonesia. Dari sisi lain, di Indonesia juga
muncul gagasan-gagasan tentang pendidikan, yang dapat dikategorikan sebagai
aliran pendidikan, yakni taman siswa dan INS kayu taman.
Kajian
tentang berbagai aliran dan atau gerakan pendidikan itu akan memberikan
pengetahuan dan wawasan historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat
historis kepada tenaga pendidik dapat memahami, dan pada gilirannya, kelak
dapat memberi konstribusi terhadap dinamika pendidikan itu. Dan yang tidak
kalah pentingnya adalah bahwa dengan pengetahuan dan wawasan historis
tersebut, setiap tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal yang memadai
dalam meninjau berbagai masalah yang dihadapi, serta pertimbangan yang tepat
dalam menetapkan kebijakan dan atau tindakan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar